Jumat, 06 April 2012

SELAMAT TINGGAL SUMBER MATA AIR KAMI


Menyambung post di bawah tentang upaya untuk menghentikan rencana perataan bukit yang akan berdampak pada hilangnya sumber mata air kami, di Kampung Gunung Menong RT 01 RW 05 Desa Cikunir Kec Singaparna Kab Tasikmalaya Jawa Barat, 
Ternyata usaha itu sia-sia belaka, musnahlah sudah semua harapan yang tersisa untuk menghentikan rencana itu demi menyelamatkan SUMBER MATA AIR KAMI dan juga Mempertahankan Agar kelangsungan distribusi air bersih PAMSIMAS ke kampung kami, tetap berjalan. karena ternyata proyek perataan bukit itu telah dilaksanakan, siang dan malam bukit itu digempur/dihancurkan habis-habisan. Berpuluh-puluh truk bahkan mungkin ratusan truk datang silih berganti
menguras pasir bukit kami..
Segala upaya telah kami lakukan mulai dari mengirim permohonan juga berpuluh-puluh email ditujukan kepada yang berlabel dirinya “KEMENTRIAN“ mulai dari KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP, KEHUTANAN, PERTAMBANGAN juga PEKERJAAN UMUM, beserta staffnya..tidak lupa kepada Dinas Provinsi, tapi ternyata semuanya NOL besar,, tidak ada tanggapan sama sekali.

BOHONG BESAR   ,,,, 
Pemerintah Kita mau menyelamatkan dan melestarikan alam kita demi mengurangi Global Warming..

Kenapa permohonan ini tidak dimulai ke tingkat bawah dulu, dari Dinas Kecamatan ataupun Kabupaten, karena melihat kenyataan, bahwa di Kabupaten Kami, begitu mudahnya perijinan itu keluar dan begitu meluasnya pengrusakan alam yang begitu MENGGILA dimana-mana, sangat tipis sekali Harapan itu ada, justru Harapan terbesar yang di sematkan pada Tingkat yang lebih Tinggi diatasnya, dari provinsi sampai Pusat untuk dapat menghentikan proyek perataan itu, ternyata hal itu sama saja,, NOL besar juga,

Memang tidak salah apabila mengambil kutipan dari Mbah Sudiwotedjo seorang seniman dan negarawan sejati yg menyatakan sekarang ini orang-orang atau pejabat berlomba-lomba mengejar gelar pemimpin “sukar” yaitu Sukar Mendengar, Sukar Merespon, Sukar Melihat, dan Sukar Meraba Hati Rakyat dan Sukar Merasakan Penderitaan Rakyat. Hal Ini sangat bertolak belakang dengan pemimpin pendahulu kita “Sukarno” yg sepak terjang dan kegigihannya membela rakyat sudah tidak terbantahkan lagi.

Agaknya salah apabila dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” seharusnya diganti 
“.........di kuasai oleh Pengusaha atau Penguasa yang menjadi antek Pengusaha dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran mereka........”
Kalau sudah begini Kemana kami harus Mengadu, tidak ada yang bisa dipercaya lagi..Mungkin kalau Bisa dan Boleh, pingin rasanya protes pada TUHAN..”...kenapa Kami dilahirkan di zaman yang salah...,,?? dimana penguasanya dholim semua...”
Tuk sumber mata airku tercinta “ Terimakasih kau telah menemani Kami semua dan leluhur kami selama ini, kau telah memberikan jutaan tetesan air kehidupan bagi kami, MAAFKAN KAMI tidak bisa menjaga dan mempertahankanmu sekuat tenaga kami, tidak akan ada lagi teriakan anak-anak kecil yang bergembira ria sambil mandi serta ibu-ibu yang bersenandung sambil mencuci, Tak Kuat rasanya melihat kau sebentar lagi sekarat berhenti untuk meneteskan butir-butir air kehidupan”
Tuk Leluhur Kami “ Terima kasih kau telah mewariskan kami sesuatu yang sangat tidak ternilai harganya,, MAAFKAN KAMI pula tidak bisa menjaga peninggalanmu itu, yang diakibatkan dari keserakahan, kerakusan dan ketamakan segilintir orang....
Terima kasih buat agan-agan yang telah meluangkan waktunya membaca thread ini.
Semoga menjadi harapan kita bersama agar hal ini tidak terjadi didaerah lain, Biarlah ini terjadi didaerah KAMI, mudah-mudahan ini untuk yang terakhir kalinya, Cukuplah KAMI yang didholimi ...



Dibawah ini ditampilkan kondisi terbaru dari bukit kami..

ini gambar PETA LOKASI BUKIT dan distribusi air PAMSIMAS ke Kampung Kami




Gambar Saat mulai Penambangan




Bukit tampak depan Sebelum Penambangan

Bukit tampak depan Setelah Penambangan








Tampak Depan Keadaan Sekarang





Rasanya kami masyarakat tinggal menghitung hari, menghitung waktu saja sampai saat itu tiba, Sumber Mata Air yang kami banggakan akhirnya kering Kerontang, tinggallah kenangan yang indah yang telah kami rasakan bersama yang akan kami bawa nanti sampai mati..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar